Kabar Berita



Liputan6.com, Yogyakarta : Letusan Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah yang terjadi Senin (18/11/2013) sekitar pukul 04.53 WIB cukup mengejutkan. Karena sebelumnya tidak ada peningkatan aktivitas.

"Karena sifatnya adalah letusan permukaan dan bukan karena aktivitas magma, maka sebelum letusan tidak ada gejala awal yang terjadi dan tidak ada letusan lanjutan," kata Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Subandriyo di Yogyakarta, Senin (18/11/2013).Dari pengamatan sementara diduga kuat letusan terjadi karena gempa Ciamis berkekuatan 4,7 skala Richter sekitar pukul 04.52 WIB. Peneliti memastikan, letusan ini tidak akan berlanjut.
Letusan Merapi pagi tadi bersifat freatik, yaitu letusan yang terjadi akibat adanya akumulasi gas di permukaan dan bukan disebabkan oleh aktivitas magma. Berbeda dengan yang terjadi akhir Oktober 2010 silam yang menewaskan 160 orang lebih. Saat itu letusan Merapi bersifat eksplosif.
Subandriyo menambahkan, kondisi kubah lava yang terbuka pascaletusan 2010 dan banyaknya gas yang terkandung di dalam gunung, membuat Merapi kerap mengeluarkan hembusan asap apabila ada pemicu. Termasuk dipicu gempa Ciamis.
Pascaletusan 2010, Gunung Merapi sudah mengalami 3 kali hembusan asap. Namun letusan freatik pagi tadi adalah yang terbesar. Letusan itu menyebabkan kolom asap setinggi sekitar 2 kilometer dan hujan abu yang terjadi hingga jarak 61,9 km dari puncak ke arah timur atau dirasakan hingga ke Sragen, Jawa Tengah.
Hingga saat ini, status aktivitas Gunung Merapi masih dinyatakan aktif normal. Namun BPPTKG mengimbau agar aktivitas pendakian ke puncak gunung tidak dilakukan dan hanya dilakukan hingga satu kilometer di bawah puncak. (Ant/Ism/Mut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar